Minggu, 13 Mei 2012

pra fans gwee,,bagian dary hidup gwe,,,



Ahmad Dhani, dikenal sebagai pentolan grup Dewa 19, pencipta lagu dan juga sebagai produser rekaman. Sosok sebagai musisi dikenal penuh kontroversial dan sensasi, baik dalam syair lagunya maupun tingkah polah kehidupan sehari-harinya. Sosok kontroversinya diperlihatkan lewat syair-syair lagunya yang ‘terlalu dalam’ dan memiliki makna bias hingga memunculkan pertentangan.
Terlahir di Surabaya pada 26 Mei 1972, Dhani juga pernah menghadapi masalah saat album LASKAR CINTA menuai protes dari kelompok Islam garis keras. Ayah tiga anak ini dianggap melecehkan atas penggunaan logo albumnya yang dianggap suci. Meski tetap merasa tidak bermaksud melecehkan agama tertentu, Dhani akhirnya bersedia melakukan perubahan pada logo tersebut.

Pria bernama lengkap Dhani Ahmad Prasetyo ini juga pernah diadukan ke Polisi oleh penulis, Yudhistira ANM Massardi, karena dianggap menjiplak judul Arjuna Mencari Cinta yang digunakan untuk salah satu judul album Dewa 19.
Meski melalui perseteruan panjang, Dhani akhirnya bersedia meminta maaf di media dan berakhir dengan perdamaian.
Dhani kini masih tetap eksis bersama Dewa 19, meski beberapa kali terjadi penggantian personel. Bahkan semakin melebarkan sayap dengan bendera Republik Cinta Artis Management, yang menaungi grup-grup baru miliknya, The Rock, Dewi-Dewi, White Snow, Andra&The Backbone dan Dewa 19 sendiri.
Dhani pernah menikah dengan Maya Estianty atau populer dengan nama Maia Ahmad. Dari perkawinannya dengan perempuan asal Surabaya itu, mereka dikaruniai tiga orang anak laki-laki, yang diberi nama Ahmad Al Gazali, El Jalaluddin Rumi, dan Ahmad Abdul Qodir Jaelani. Nama-nama tersebut diambil dari nama-nama tokoh sufi yang menjadi idola Dhani.
==========================================================================================================================================================
Taraz Bistara as Guitarist

nama lengkap Tharas Bistara. lahir di Jakarta 8 oktober 19**. dari ibu yang bernama Angely Laura Linda dan ayah yang bernama M. Noorpipink Arifin.Taraz yang memiliki talenta lebih dalam bermain gitar,di tunjuk ahmad dhani sebagai gitaris the rock indonesia(T.R.I.A.D),selain itu taraz juga termasuk gitaris terbaik di indonesia.Taraz yang sudah Menikah dengan Farie Leksanti Bistara .

taraz dan mita

Taraz juga adalah Gitariz dari TABOO BAND yang dulunya vocalisnya adalah artis kawakan sekaligus komedian  ARIE UNTUNG.Namun Arie Untung Keluar dari Taboo Band dan memilih untuk serius di bidang enertainner sebagai seorang presenter dan komedian.Dan Taraz berama personil Taboo band yang lain (Dimas dan Bram),,masih tetap eksis walaupun hanya tinggal beritiga saja.

taraz bersama sang istri Farie Bistara
=======================================================================================================================================================================
Princez Amanda as Bassist

Icez adalah seorang Bassist cewek berbakat yang ada di Indonesia,dari segi skill pun ia tak kalah dari Bassist cowok pada umumnya.
Awal mula karirnya ketika Icez mengikuti audisi DREAMBAND pada tahun 2004 yang diselenggarakan oleh stasiun televisi TV7,ia terpilih dari ribuan Bassist yang ikut dalam audisi. Berkat karena kerja kerasnya dan sikap pantang menyerahnyalah,Icez berhasil lolos dan dipasangkan dengan grup band KOTAK yang beraliran Rock Modern.
Dengan posisi awal KOTAK : Pare(Vokal),Icez(Bass),Cella(gitar),& Posan(drum). KOTAK pun mengeluarkan album mereka yang berjudul “SAAT KU JAUH” dengan hits single “TERBANG” dan “HILANG”.Pada sekitar tahun 2006,saat KOTAK berencana untuk mengeluarkan album kedua,tiba-tiba Sang vokalis(Pare) mengundurkan diri dengan alasan ingin menyelesaikan kuliahnya. Tak ingin ambil pusing kelamaan,Tantri pun dijadikan vokalis KOTAK. Hingga formasi KOTAK yang kedua yaitu : Tantri(vocal),Icez(Bass),Cella(gitar),Posan(drum). Seiring berjalannya waktu,Icez didapuk oleh Ahmad Dhani untuk bergabung ke RCM (REPUBLIK CINTA MANAGEMENT) dan berkat tangan dingin Ahmad Dhani-lah,Icez dijadikan pemain bass tetap di THE ROCK INDONESIA dan saat itulah Icez hengkang dari KOTAK karena ingin fokus di THE ROCK INDONESIA.

BIODATA
Nama Lengkap : Princez Amanda
Panggilan : Icez atau Ichez
TTL : Bandung,8 juni 1987
Nama Ortu : Roby Surya & Atit Meutia
Hoby : maen bazz,travelling
Makanan favorit : soto
Musik favorit : funk,rock,jazz
Bagi yang ingin meng-add Icez,,add aja di :
• Icez_buzz@yahoo.com (FB)sdh full
• Ic3z_buzz@yahoo.com (FB) atau search PRINZES AMANDA NEW
• Icez_buzz@yahoo.com(FS)
Icez_thesequel@yahoo.com(FS)

Kini Icez tengah sibuk dengan band nya PRINZESPAMELLA yang beranggotakan Pamella Marriyuana (vocal), Nalendra Surya (gitar), Devi Heryanto (drum) & Prinzes Amanda (bass).Beredar Kabar Bahwa icez sekarang tengah berpacaran dengan seorang bassist dari sebuah grup band di indonesia.



==================================================================================================================================================================================
Cameria Happy Pramita as Guitarist and back Vocal

Mungkin banyak yang sudah mengenal gadis tomboy yang luar biasa ini.Mita yang sedang gencar gencarnya menjadi idola kalangan masyarakat pecinta musik indonesia.Suaranya yang Khas dan penampilan yang membuat banyak fansnya terpesona jika melihat mita.Meskipun Tomboy,Mita mengaku dirinya masih tetap berhati wanita.Gosip bahwa dirinya berpacaran dengan dara di bantah mita,karena dia masih merasa normal dan suka sama cowok.

Nama lengkap Cameria Happy Pramita,Lahir di bangka belitung 2 Januari 1986.Putri pertama dari Emmy Sofyana ini memiliki pengalaman luar biasa dalam hal bermusik.Mita dulu pernah menjadi vocalis band V-Mail band atau The Million Band yang dulu beranggotakan bersama Chua(bassist Kotak),Uim(personil band My Story) dan Qoqo(gitaris SHE).Kepiawaian Mita dalam memainkan Gitar membuat ahmad Dhani terpikat dan menunjuk Mita sebagai gitaris di The Rock Indonesia.


Pada Juni 2009, secara tidak sengaja Ahmad Dhani mendengar lagu Cinta Terlarang yang diciptakan oleh Mitha. Dinilai menarik oleh Dhani, maka tercetus ide untuk merekamnya dalam bentuk album. Akhirnya, Dhani merekrut Dara, jebolan ajang pencarian bakat di salah televisi swasta. Jadilah lagu Cinta Terlarang dinyanyikan secara duet oleh Dara dan Mitha yang tergabung dalam The Virgin.

Ketenaran single Cinta Terlarang pun juga berdampak dengan munculnya berita-berita tak sedap seputar Mitha. Ia dikabarkan adalah seorang lesbian. Namun Mitha membantah kabar ini. Mitha mengakui ia sudah tomboy sejak kecil, tapi ia bukan seorang lesbian, dan dia masih menyukai lawan jenis.
Tak hanya berduet dengan Dara, namun Mitha juga berduet dengan Mulan Jameela lewat lagu Cinta Mati II dan Ya Allah. Single ini sudah mulai banyak diputar di radio-radio sejak akhir Juni 2009.

bagi yang ingin berteman dengan mita di facebook,bisa add mita di :
Fb mita ke I : mattew_muse@yahoo.com
Fb mita ke 2 : mattew_muse2@yahoo.com
==================================================================================================================================================================================
Wahyu Sudiro as Additional Guitarist

Wahyu Sudiro , cowok kelahiran Surabaya, 19 januari 1985 yang akrab di sapa Wahyu ini tipikal cowok yang Cuek,Ramah senyum,Pandai dalam hal Musik.Wahyu merupakan Vokalis grup band The Moon,Gitaris band Zewex n the cuncuzna dan additional player Mulan jameela.Wahyu dulu memiliki band bernama jelly band,namun band ini bubar.

Eksistensi Wahyu Di belantika Musik Mengalami pasang surut,namun ahmad dhai melihat sisi lain dari wahyu ini dan akhirnya mempekerjakan wahyu di Republic Cinta management.Wahyu termasuk cowok yang mandiri,buktinya lagu lagu yang di ciptakannya di kerjakan sendiri dengan segala kemampuan dalam pengetahuan bermusiknya.

Cikal bakal
formasi sebelum band MOON 69 berganti nama menjadi THE MOON
VOKAL + GITAR = WAHYU SUDIRO
BASS = TOMI GUMILANG
DRUM = RAKA TOTON

Formasi The Moon yang sekarang yang resmi sebagai grup band di RCM

.~ipoet adnyana sbg drummer
.~wahyu sudiro sbg vokalist + guitarist
.~adam ndu  sbg bassist
Kini Wahyu di percaya sebagai  gitaris ketiga T.R.I.A.D oleh Ahmad Dhani.

foto wahyu bersama Ikmal Tobing Drummer T.R.I.A.D

===================================================================================================================================================================================
Ikmal Tobing as Drummer

RAJASA IKMAL TOBING atau yang di kenal dengan panggilan Maleh/Ikmal.
Ikmal adalah drummer dari band T.R.I.A.D yang di gawangi oleh Ch Pramita,Wahyu Sudiro,Prinzes Amanda,Tarash Bistara,dan Ahmad Dhani.Pemilik nama Lengkap Rajasa Ikmal Tobing ini dalah putra dari pasangan JELLY TOBING (salah satu drummer terbaik di indonesia) dan tante UTJE ANWAR.Ikmal tengah menjalani pendidikan di :INSTITUT MUSISI INDONESIA (IMI).Ikmal Juga memilki band yaitu : PORTAL BAND,FLIP BAND,THE ZALIX BAND dan BERTIGA BAND.Kini Ikmal sendiri tengah berpacaran dengan Puput K Oktavina.

Selain TRIAD,ikmal juga drummer di band FLIP,PORTAL band, THE ZALIX,BERTIGA band (bersama Wahyu Sudiro,Vega Antares).Kini Ikmal tengah sibuk juga dengan proyek barunya yang di beri nama IKML SCHZ (yaitu IKMAL feat DJ SCHIZO) sebuah proyeknya bersama seorang DJ .

Lukisan Mutamakkin dalam Teks Kajen*

Hari masih sore, tapi makam (pesarean) syeikh Ahmad Mutamakkin –masyarakat Kajen, Pati, Jawa Tengah lebih akrab menyebutnya mbah Mad- kembali sesak dengan jubelan manusia. Satu persatu mulai memasuki pekarangan berukuran 6×14 meter yang lebih tampak seperti bangunan masjid itu. Setelah sebelumnya mengambil air wudlu di tempat yang tersedia, para pengunjung segera mengambil kitab Alquran, mulai duduk hikmad, secara lirih melantunkan bacaan ayat demi ayat sampai rampung. Tapi, tidak sedikit pula yang benar-benar menghabiskan satu hari satu malam tafakkur, ngaji, dan bertawassul di tempat itu. Pemandangan seperti ini memang biasa disaksikan di pesarean Mutamakkin atau mungkin juga di tempat-tempat lain yang dianggap memiliki sejarah dan nilai karomah tertentu. Datang silih berganti, laki-laki dan perempuan yang mengaku dari berbagai pelosok Pati dan sekitarnya itu memang sengaja menyempatkan diri sowan, ziarah, kirim doa, atau bermunajat di hadapan makam sang syeikh. Biasanya, para peziarah mulai berdatangan pada Kamis siang dan berakhir pada Jum’at sore. Meskipun makam tersebut disinyalir sudah berumur + 200 tahun, tetapi sawaban, keramat, dan pesona kesucian yang terpancar dari sosok Ahmad Mutamakkin masih dirasakan sampai sekarang. Bahkan, makam yang berdekatan dengan Madrasah Mathali’ul Falah pimpinan KH Sahal Mahfudz itu pun dijadikan oleh para santri (laki-laki) sebagai tempat untuk berkhalwat, nyepi, dan menghafal Alquran. “Di sini lebih nyaman dan lebih tenang. Jadi bisa konsentrasi untuk ngapalin Alquran, Mas,” ujar Muhammad Ihsan (14 tahun), santri Mathali’ul Falah.
Tampaknya, fenomena makam ulama asal Cebolek tersebut semakin jelas memangkirkan asumsi dan/atau bayangan tentang pada umumnya makam yang identik dengan nuansa seram, angker, dan menakutkan. Santri, masyarakat sekitar, dan tamu peziarah justru menjadikannya sebagai ajang untuk memohon sesuatu kepada Sang Khalik justru melalui perantaraan (wasilah) jasad beku Mutamakkin. “Ya, seminggu sekali, khususnya malam Jum’at saya hampir pasti ke sini. Kadang-kadang sendiri, tapi sering juga dengan teman-teman yang lain. Saya ngaji beberapa ayat, setelah itu berdoa. Mbah Mad itu kan waliyullah, punya karomah. Jadi melalui doa itu mudah-mudahan kita juga mendapat berkah,” ujar Suseno (44 tahun), salah satu warga Kayen, Pati Selatan.
Selain makam, tempat lain yang juga dijadikan tempat perenungan dan berkhalwat adalah Masjid Ahmad Mutamakkin, 100 m ke arah timur dari makam beliau. Masjid kuno –konon usianya + 250 tahun- yang saat ini lebih popular disebut dengan masjid jami’ Kajen ini juga menjadi tempat bertujunya para peziarah dari berbagai tempat. Di dalam masjid terdapat beberapa bagian bangunan seperti mimbar, dairoh (langit-langit dalam masjid), papan bersurat di samping tempat pengimaman shalat, dan palang pintu masjid yang diyakini hasil kreasi Ahmad Mutamakkin. Dan beberapa kreasi Mutamakkin itu banyak dimaknai orang sebagai karya yang memiliki nilai filosofis yang tinggi. Misalnya, di mimbar terdapat ornamen, ukir-ukiran dengan salah satunya bentuknya adalah bulan sabit yang dipatuk burung bangau. Motif ini dimaknai sebagai semangat dan doa Mutamakkin terhadap keturunannya (termasuk keturunan simbolis/penerus perjuangannya) akan bisa mencapai cita-cita mulia. Lalu terdapat ukiran bunga yang tumbuh dari tunas sampai mekar yang juga diyakini masyarakat sekitar sebagai doa pencapaian khusnul khatimah bagi keturunannya, sebagaimana terdapat dalam papan bersurat “sing penditku ngusap jidatku”, yang termasuk keturunanku, mengusap jidatku (Bizawie, 2002: 107).
Di samping itu, masih terdapat sumur yang juga diyakini sebagai sumurnya Mutamakkin. Sumur ini terletak sekitar 2 km sebelah timur dari Kajen, tepatnya masuk ke dalam desa Bulumanis. Sumur ini tidak pernah kering dan masyarakat sekitar sangat yakin bahwa air sumur tersebut bisa mengobati beberapa penyakit.
Tentu, selain adanya pondok pesantren –di Kajen terdapat sekitar 35 pondok pesantren dan 4 madrasah- tempat-tempat inilah yang telah membuat ratusan bahkan ribuan orang datang ke Kajen. Apalagi, setiap tahun pada tanggal 10 Suro (Muharram) makam Ahmad Mutamakkin bisa dipastikan penuh dengan ribuan peziarah karena tanggal ini telah ditetapkan sebagai haul (peringatan tahunan) Mutamakkin. Pak Sholeh (37 tahun), juru makam Mutamakkin menuturkan bahwa pada tanggal tersebut, tidak ada tempat sedikit pun yang longgar dari pengunjung. “Wah, jumlahnya bisa sampai 10.000 orang. Makanya seluruh tempat makam sampai ke ujung jalan Kajen ini sesak oleh peziarah, Mas,” tutur kuncen muda ini. Salah satu fenomena menarik yang selalu menjadi rutinitas ritual haul adalah adanya momen khusus dimana kain putih penutup makam Mutamakkin dilelang secara umum. Keseluruhan kain yang diyakini mengandung kekuatan magis ini pernah dijual sampai menghasilkan uang sebanyak 70 juta rupiah. “Sepertinya yang kebanyakan membeli kain itu para nelayan karena mereka sangat yakin kalau perahunya itu ditempeli kain itu, rata-rata penghasilan ikannya banyak terus,” tutur Pak Sholeh.
Memang satu hal yang bisa dibaca dari efek haul seperti itu adalah penciptaan kontinuitas pesona mitis yang diharapkan akan selalu diingat oleh siapa pun yang datang ke pesarean Mutamakkin. Haul dikonstruksi sedemikain rupa –entah sadar atau tidak- bertujuan untuk menghadirkan daya linuwih yang dimiliki oleh tokoh yang sudah meninggal sekaligus untuk melegitimasi kekuasaan para keturunannya. Dalam konteks ini, fenomena jubelan ratusan bahkan ribuan orang itu mungkin dan hanya mungkin terjadi karena masyarakat melihat adanya sesuatu yang masih patut dipuja sebagai panutan yang memiliki kelebihan, karomah, dan berkah. Persoalan bahwa apakah kirim doa itu mengharuskan para peziarah untuk menengok terlebih dahulu ke belakang, ke sebuah masa dimana Mutamakkin melakukan gerakan kultural keagamaan di Kajen bukanlah hal utama. Peziarah juga tidak terlalu penting untuk melihat bahwa Ahmad Mutamakkin pernah diceritakan oleh Raden Ngabehi Yasadipura I sebagai sosok yang menyebarkan ajaran “sesat,” menggaungkan konsep manunggaling kawula lan gusti ala Siti Jenar atau seperti hulul ala al-Hallaj, layaknya “penyimpangan syariah” yang dilakukan Sunan Panggung, Ki Ageng Pengging, dan Syeikh Amongraga. Mungkin seperti itulah fenomena Mutamakkin yang juga disambut oleh Ketib Anom Kudus sebagai pembelokan syariat yang membahayakan publik. Bagi peziarah, terdapat hal lain yang lebih penting dari persinggahan di depan makam adalah bagaimana bisa merasakan kehadiran Mutamakkin dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai sosok tetapi juga sebagai tokoh penyebar Islam pertama di Kajen dan penghubung antara keinginan masyarakat dengan Tuhan.
Di samping itu, endapan benak mayoritas masyarakat Kajen meyakini bahwa perdebatan Mutamakkin dengan Ketib Anom itu pun pada hakikatnya bukan dimenangkan oleh ulama asal Kudus itu, melainkan oleh Mutamakkin sendiri. “Lho, mbah Mad itu kan ilmunya sudah mencapai tahap tinggi, jadi Ketib Anom itu tidak bisa memahami ungkapan-ungkapan mbah Mad lalu diisukan kalau mbah Mad itu tidak bisa apa-apa. Maklum, Ketib Anom itu kan tingkatannya masih syari’at, jadi kalah kuat kalau harus berhadapan dengan mbah Mad,” demikian tutur pak Sholeh. “Wah tidak benar kalau mbah Mad itu menyebarkan ajaran manunggaling kawula lan gusti atau ajaran sesat lain, anti syariat, atau apa itu. Masjidnya itu kan bisa jadi bukti bahwa beliau juga menjalankan syariat, karena di masjid itulah beliau melaksanakan shalat dhuha, shalat jumat, dan shalat fardlu yang lain,” tandasnya kemudian.
seperti pembelajarannya yang mumpuni menguasai serat Dalam pandangan pak Sholeh perdebatan Mutamakkin dengan Ketib Anom Kudus merupakan cermin dari ketidakrelaan kelompok agama pembela keraton melihat tingkah laku Mutamakkin yang nyeleneh, tidak patuh pada raja, sampai dianggap fasik karena memelihara duabelas anjing. Mungkin persoalannya bukan hanya sebatas itu. Keunggulan Mutamakkin, seperti diceritakan oleh pak Sholeh, adalah kemampuannya untuk mengawinkan ajaran kejawenDewaruci dengan ajaran Islam Timur Tengah, sebuah laku kreatif untuk menghidupkan ajaran lokal di samping ajaran Islam Arab. Dengan kata lain, tidak mudah bagi Ketib Anom untuk menyaksikan kemungkinan terjadinya peleburan Islam dengan lokalitas yang ia anggap akan berakibat pada penodaan terhadap ajaran Islam yang “murni.” Maklum, Ketib Anom atau juga ulama lain yang berafiliasi ke keraton waktu itu merasa sebagai penanggungjawab dan pengatur persoalan kehidupan sosial, politik, budaya, dan agama. Ketib Anom selalu ingin agar Alquran dan Hadis menjadi ideologi, ujung tombak dakwah yang menuntut untuk dilakoni sepersis mungkin. Sementara kemampuan Mutamakkin melatih diri secara personal terhadap ajaran tasawuf sebagai pengalaman religius pribadi yang kemudian melahirkan perilaku yang nyleneh hanyalah pembungkus yang dijadikan penguat oleh Ketib Anom untuk meyakinkan raja bahwa Mutamakkin telah ‘menyimpang’ dari syariat. “Kiai kok punya anjing, itu kan melanggar ajaran Nabi,” tegas Ketib Anom.
Tapi teks Kajen berbicara lain. Pak Latif (41 tahun), salah seorang santri kiai Sahal Mahfudz bertutur bahwa anjing yang dimiliki Mutamakkin bukanlah anjing seperti pada umumnya, melainkan simbol pengendalian nafsu Mutamakkin sendiri. Konon, Mutamakkin pernah melakukan puasa selama 40 hari tanpa henti. Pada hari ke empatpuluh, Mutamakkin meminta istrinya untuk menghidangkan beberapa masakan yang enak dan lezat untuk berbuka. Ketika hidangan tersedia, Mutamakkin sendiri masih berusaha menahan nafsunya agar tidak tergoda oleh hidangan yang disediakan istrinya. Lalu ia memerintahkan istrinya untuk memborgol kedua tangannya supaya ia tidak bebas menyantap makanannya. Ketika itulah, pergulatan nafsu ingin makan dan keinginan mengendalikan diri menyebabkan nafsu “buruk” Mutamakkin keluar dari tubuhnya, menjelma menjadi dua anjing yang menghabiskan hidangan yang ada di depannya. Dan kemudian kedua anjing ini diberi-nama Kamaruddin dan Abdul Kahar, dua nama yang menyerupai nama penghulu dan khatib Tuban kala itu.
“Makanya orang Kajen sendiri, meskipun banyak mengikuti ajaran mbah Mad, tapi tidak ada yang ikut memelihara anjing. Karena itu bukan anjing biasa, bukan anjing seperti anjing-anjing yang suka berkeliaran itu. Anjingnya mbah Mad itu adalah penjelmaan nafsunya sendiri,” jelas pak Latif kemudian. Meskipun pendapat ini dibantah oleh Muhammad Zuhri yang mengatakan bahwa anjing Mutamakkin adalah anjing seperti anjing kebanyakan. Ia bukanlah ciptaan nafsu Mutamakkin. “Begini. Kiai Mutamakkin itu kan memiliki darah pembauran. Darah Cina seperti pendahulunya, yaitu Jinbun (Raden Patah). Nama lain Kiai Mutamakkin itu adalah So Gie. Jadi, sangat wajar kalau beliau itu memelihara anjing, karena beliau itu seorang Cina, budayawan, sekaligus tokoh spiritual,” tuturnya.
Masih menurut Zuhri, penyerupaan nama anjing Mutamakkin dengan nama penghulu Tuban itu lebih disebabkan oleh tidak amanahnya penghulu tersebut sebagai pengembang ajaran agama. Contoh, sang penghulu sebagai koordinator zakat, tetapi tidak pernah menyalurkan hasil zakat itu kepada fakir miskin. Maka, Mutamakkin mengatakan bahwa perilaku seperti itu sama saja seperti perilaku anjingnya yang sangat terlihat tamaknya,” lanjutnya.
Tapi, mungkin juga penamaan tersebut bukan sesuatu yang kebetulan. Tentu, siapa pun sulit untuk mencari alasan kuat yang menyebabkan Mutamakkin merasa penting mempertautkan penyerupaan nama tersebut, kecuali masyarakat Kajen yang memiliki tafsir tersendiri. Bercermin dari realitas masa kini, masyarakat Kajen seperti halnya Muhammad Zuhri pun berusaha menggambarkan keadaan masa lalu mengenai hubungan antara kelompok agama dan negara yang sudah berafiliasi menjadi satu entitas tunggal. Apa pun agamanya, masuk ke dalam wilayah kekuasaan seringkali menghilangkan kritisisme terhadap kekuasaan itu sendiri. “Ya kan kebanyakan orang pemerintahan itu begitu to, Mas. Perilakunya banyak yang memalukan. Bukan ngayomi, malah nyusahin banyak orang,” ujar pak Sholeh. Dengan demikian, anjing, versi lain menyebutkan singa, atau yang lain, oleh masyarakat Kajen justru dijadikan cambuk, kritik, dan sindiran bagi penguasa atau siapa pun yang merasa bijak mengurusi kelompoknya tapi kejam menyikap keperbedaan yang lain, seperti Mutamakkin yang sudah pasti bukanlah mainstream.

Pergeseran-pergeseran Mitis

“Dulu, ketika saya masih kecil, makam itu tidak ada kuncen-nya. Bahkan, tiap waktu saya juga bisa masuk ke dalam area makam,” kenang Imam Aziz. Aktifis yang kini giat mengurusi lembaga Syarikat Yogyakarta dan juga alumnus Madrasah Mathali’ul Falah ini mengenangkan bahwa ketika kecil ia memang hampir tiap hari ngaji dan sowan ke pesarean Mutamakkin. Ia pun ingat bagaimana tempat pesarean itu tidak eksklusif seperti sekarang yang hanya bisa dibuka untuk umum setiap hari Jumat.
Seperti layaknya kuncen di tempat-tempat lain, juru kunci pesarean Mutamakkin pun memiliki otoritas tersendiri ketika dihadapkan pada kenyataan-kenyataan tertentu. Ia dianggap sebagai sosok yang bukan hanya mampu menjembatani “pertemuan” peziarah dengan Mutamakkin, tetapi juga menjadi tokoh spiritual yang dianggap memiliki dan memberi barokah khusus. Bahkan, tidak sedikit orang yang datang berkunjung ke pesarean Mutamakkin juga sekedar bertemu dengan juru kunci untuk meminta obat bagi penyakit tertentu dengan menggunakan air yang terdapat di dalam kamar juru kunci. “Alhamdulillah, dengan perantaraan air ini, banyak sudah penyakit yang bisa disembuhkan,” tutur pak Sholeh. Bukan hanya itu, masyarakat seperti pak Sholeh atau juga pak Latief yakin bahwa pada saat-saat tertentu, khususnya ketika Kajen dan sekitarnya akan mengalami peristiwa besar, maka anjing Mutamakkin akan menyalak dengan kencang di malam hari yang suaranya bisa didengar oleh kebanyakan penduduk. Di samping itu, piring tempat makan Mutamakkin pun masih disimpan sampai sekarang dan hanya akan diperlihatkan pada hari khusus, tepatnya ketika haul Mutamakkin itu dilaksanakan. “Piring itu sempat gompal sedikit karena diperebutkan banyak orang untuk sekedar menciumnya. Untuk itu, sekarang piring itu hanya bisa dikeluarkan satu tahun sekali,” cerita pak Sholeh kepada DESANTARA. Kuncen, ”air suci”, jualan klambu, haul, atau ritual yang lain tentu merupakan bagian dari minat untuk menghadirkan pesona Mutamakkin agar terasa dekat dan bisa dirasakan oleh para generasi mutakhir.
Mungkin juga sulit untuk memberi penjelasan secara eksplisit tentang siapa yang memenuhi otoritas untuk melestarikan pesona mitis yang dibangun terus-menerus itu, karena di Kajen sendiri terdapat perdebatan tentang boleh-tidaknya sarana-sarana mitis seperti itu dibakukan. Mbah Dolah (KH Abdullah Salam), sebagai salah satu keturunan Mutamakkin yang cukup popular di kalangan ulama dan warga Nahdlatul Ulama (NU) juga dikabarkan tidak sependapat dengan berbagai ritus mitis yang dilakukan hanya untuk sekedar melestarikan arwah Mutamakkin.
Menurut Muhammad Zuhri, salah satu tokoh spiritual Kajen, ketidaksepakatan Mbah Dolah terhadap haul lebih disebabkan karena adanya perubahan haluan pemaknaan terhadap haul itu sendiri. “Dulu, haul itu dilestarikan oleh murid-muridnya karena sebagai medium untuk memanggungkan Dewaruci. Jadi haul sebagai media dakwah,” ujarnya. Sedangkan saat ini, haul lebih memunculkan nuansa mitis dibanding dengan pemunculan ide-ide dan kreatifitas pemikiran Mutamakkin. Meskipun demikian, keturunan Mutamakkin yang lain tetap bersikukuh pada pendirian untuk melakukan hal yang sebaliknya. Terlepas dari perdebatan para ahlul bait, yang jelas pesarean Mutamakkin telah menjadi legenda yang lestari. Dan dari kenyataan seperti ini semakin jelas pula bahwa penghadiran pesona Mutamakkin seolah-olah bukan hanya ingin dijadikan sebagai sebuah cerita yang hinggap di benak kepala-kepala individu, melainkan juga memiliki orientasi rekayasa sejarah di dalam dirinya.
Sejarah bukan hanya cerita, ia hampir pasti memerlukan dukungan berupa partisipasi aktif, pengetahuan, dan penyebaran nilai-nilai luhur yang turut memunculkan kebanggaan sekaligus kegemingan bahwa kisah tentang Mutamakkin lalu menjadi penting untuk dilanjutkan (ditradisikan) secara terus-menerus. Seiring dengan itu, lambat laun masyarakat semakin ketat dalam memperlakukan Mutamakkin. Sosok panutan itu disegel melalui ritual dan semakin beku dalam pola-pola penghormatan yang bukan hanya mitis, tetapi juga sakral. Anjuran berwudlu sebelum memasuki area pesarean hanyalah salah satu bagian dari gema wajib yang harus dilakukan. Asumsi suci menjadi landasan utama bahwa bertemu dengan Mutamakkin haruslah bersih lahir-batin. Akhirnya, wudlu pun menjadi ritus yang kental dengan pendisiplinan jiwa dan juga “ancaman” batin bahwa bagi siapa pun yang tidak berperilaku sopan dan merendahkan diri –dalam arti suci – maka Tuhan atau mungkin juga (roh) Mutamakkin sendiri akan murka. Sementara di sisi lain, dan juga pada saat bersamaan, para pedagang semakin berjejal di sekitar pesarean, tidak hanya sekedar meraup untung tetapi juga menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya ulama kharismatik asal Cebolek itu untuk didatangi.
Menyambut Teks Kajen Meninggalkan Serat Cebolek
Tidak ada ketunggalan kisah yang menyebutkan dari mana Mutamakkin berasal. Ada yang mengatakan bahwa ulama yang satu ini berasal dari Persia, tapi ada juga yang mengatakan ia berasal dari Desa Cebolek, Tuban, Jawa Timur. Mutamakkin juga diyakini sebagai keturunan Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dan Prabu Brawijaya VI, Raja Majapahit. Meskipun demikian, penjelasan ini tidak cukup mampu meringkas riwayat hidup Mutamakkin pada satu titik terang semacam curriculum vitae yang cukup detil. Satu hal yang hampir pasti adalah bahwa Mutamakkin pernah belajar beberapa tahun di Timur Tengah lalu bertolak ke tanah Jawa. Kedatangannya di Kajen pun njebul melek (asal kalimat dari nama Cebolek, yang artinya muncul secara tiba-tiba lalu membuka mata). Setelah melakukan pengembaraan ke beberapa tempat, akhirnya Mutamakkin menetap di Kajen dan melakukan berbagai aktifitas keagamaan, termasuk berdakwah dan menerima beberapa murid yang di antaranya adalah Kiai Ronggokusumo, Kiai Mizan, dan Raden Sholeh (keturunan Ki Ageng Selo).
Apa yang menarik dari kisah Mutamakkin ini adalah kontroversi, stereotip yang kentara dikukuhkan oleh Yasadipura I di dalam salah satu karyanya yang cukup terkenal, Serat Cebolek. Karya ini sangat menarik karena di dalamnya terdapat tuturan yang berkisah tentang usutan Ketib Anom dan ulama lain terhadap kepercayaan Mutamakkin. Seperti halnya Jenar, Mutamakkin pun dianggap mengajarkan ilmu mistik. Awalnya, usutan ulama yang diwakili oleh Demang Urawan sempat ditampik Prabu Amangkurat IV, raja Kartasura kala itu. “Jangan begitu. Meskipun wajah Mutamakkin itu tidak rupawan, tapi hatinya suci. Ini suratan takdir, Demang. Ia adalah pilihan penjaga suksma,” ujar sang prabu sebagaimana tersurat dalam Serat.
Tentu, Demang Urawan tersungut, terlebih-lebih Ketib Anom. Konon, ia tetap mengajukan protes kepada sang raja hingga akhirnya ia diijinkan untuk menggelar pengadilan khusus membahas masalah Mutamakkin. Seketika Demang Urawan mengundang Mutamakkin ke keraton. Tapi di tengah perjalanan, terdengar kabar bahwa raja Amangkurat IV mangkat sehingga pengadilan atas Mutamakkin tertunda. Setelah tampuk kekuasaan diserahkan kepada Pakubuwono II, Ketib Anom tetap mendesak raja baru untuk kembali menindaklanjuti perkara lama yang sempat tertunda. Lagi-lagi, Mutamakkin kembali diundang yang ia penuhi dengan tenang. Mutamakkin tahu bahwa Ketib Anom telah mempersiapkan hukuman bakar baginya, tapi ia sama sekali tidak takut. Bahkan, Mutamakkin sendiri berujar bahwa seandainya dirinya meninggal karena dibakar, ia justru berharap asapnya bisa terbang sampai ke Yaman dan bisa dicium oleh gurunya, Syeikh Zen.
Yasadipura I bertutur bahwa di hadapan Ketib Anom dan beberapa ulama yang lain, Mutamakkin diuji untuk membacakan kitab Dewaruci yang kesohor dan menjadi salah satu kitab kebanggaan Mutamakkin. Tapi Mutamakkin tidak mampu merampungkan bacaannya lalu dicemooh oleh Ketib Anom. Mujur, Pakubuwono II masih mengampuni Mutamakkin dengan alasan bahwa ajaran Mutamakkin adalah laku pribadi dan tidak disebarkan untuk publik sehingga ia tidak pantas dihukum.
Lain halnya dengan tuturan teks Kajen. Masyarakat sekitar memiliki versi lain, bahwa yang tidak mampu membaca kitab Dewaruci adalah Ketib Anom sendiri hingga akhirnya meminta bantuan Mutamakkin untuk merampungkan dan memberi penjelasan tentang kisah yang dimuat di dalamnya. Mendengar penjelasan Mutamakkin, akhirnya Ketib Anom sadar bahwa dirinya tidak sebanding dengan kemampuan Mutamakkin, bahkan Pakubuwono II sendiri akhirnya menyatakan diri sebagai murid Mutamakkin dan memberi hadiah ulama Cebolek itu untuk menikahi adik Pakubuwono II.
Berkiblat pada tuturan teks Kajen inilah Milal Bizawie (2002) menyimpulkan bahwa fenomena Mutamakkin di dalam Serat Cebolek merupakan kreasi kaum (ulama) elit penjaga syariah sekaligus sebagai cermin dari hegemoni agama keraton, semacam textual politik, demikian ujar Goenawan Mohamad (2002). Untuk itu, penafsiran yang dimunculkan di Kajen seyogyanya diapresiasi sebagai kreatifitas lokal atau resistensi kultural terhadap gempuran wacana yang diisi, disebarkan, dan diikat oleh kelompok yang untuk sementara menduduki kursi kekuasaan. Tampaknya, masyarakat pun menyadari bahwa perlawanan bukan berarti harus mengamandemen teks yang tersurat di dalam Serat Cebolek yang sudah barang tentu tidak akan efektif, melainkan dengan menghadirkan kisah lain yang cukup dipedomani sebagai diktat. Alih-alih muncul kontroversi, tapi yang jelas dan sampai saat ini masih menyisakan jejak adalah konsistensi masyarakat Kajen yang senantiasa berbondong-bondong masuk, mampir di pesarean, ngaji, bersimpuh ngalap berkah dengan yakin bahwa Mutamakkin adalah anak zaman yang harus diuri.
“Saya memang membaca Serat Cebolek dan beberapa hasil tulisan orang tentang serat ini. Tapi saya tidak pernah menjadikannya sebagai pisau analisis untuk membaca Mutamakkin. Bagi saya tulisan-tulisan itu hanyalah data-data sejarah yang cukup dijadikan referensi, sementara yang lebih penting adalah realitas saat ini,” ujar Muhammad Zuhri.
Dengan demikian, memaknai dan memahami Mutamakkin tidak cukup dengan mengamini tafsir tunggal Yasadipura I. Tentu, bukan hanya apa yang secara jelas tersurat di dalam naskah kuno itu yang penting untuk dikaji atau proses kreatif sang penulis yang menarik untuk dicermati melainkan juga apa yang saat ini telah menjadi realitas umum yang mengemuka di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kajen. Serat Cebolek hanya satu versi yang saat ini tidak lagi berdiri sendirian sebagai pengemban mitos yang tidak bisa dibantah. Di sana terdapat tuturan lain, yang sudah tentu beda tapi sangat inspiratif untuk dijadikan tempat mengadu bahkan menyelesaikan kerisauan hati.
Dan mungkin, inilah konteks dimana fenomena Mutamakkin dalam teks Kajen adalah realitas tentang yang aneh, lokal, dan spesifik yang memiliki daya tolak kreatif ketika diperhadapkan dengan kekuatan mainstream yang cenderung ingin menggerus kekuatan pinggiran. Dan ketika pergulatan ini semakin menemukan bentuknya dalam pemahaman keseharian masyarakat, maka kabar dari Serat Cebolek yang banyak mengundang perhatian para peneliti itu menjadi absurd meskipun pada saat yang sama, Mutamakkin yang dikabarkan pengagum Dewaruci itu pun semakin surut dalam pesona yang dibangun dan diabadikan oleh generasi masa kini yang mudah-mudahan tidak tenggelam dalam kekaguman yang semata-mata mitis. Tentunya ada rasa khawatir. Ketika keabadian Mutamakkin hanya disandarkan pada ritual 10 Muharram dan ditakjubkan sedemikian hebat, maka ia akan berakhir pada pemberhalaan yang mungkin mengesankan tapi tidak lebih dari sebuah konstruksi. Sementara peran dan kiprahnya sebagai sosok atau tokoh simbolik – meminjam istilah Bizawie – “perlawanan kultural agama rakyat” semakin luntur dari ingatan.

Rabu, 09 Mei 2012

Hubungan Manusia Dengan Allah

Pada alam Raibul Ruyub yaitu dalam keadaan antah berantah pada zat semata-mata yaitu pada belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan, belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatu. Malahan belum ada tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, diri yang empunya zat tersebut ialah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya.
Lantas ditajali-Nya-lah Nur Allah dan kemudian ditajali-Nya pula Nur Muhammad yaitu insan kamil, yang pada peringkat ini dinamakan anta ana, ana anta. Maka yang empunya zat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba.
Lantas ditanyakannya kepada Nur Muhammad, apakah Aku ini Tuhanmu? Maka menjawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh roh, ya Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Araf 172.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
Selepas pengakuan atau persumpahan Roh ini dilaksanakan maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam hadits qudsi yang artinya : “Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan makhluk ini dan perkenalkan diriku kepada mereka lalu merekapun mengenal diriku.
Apa yang dimaksud dengan makhluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad. Tuhan yang empunya zat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri, maka diri rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama :
Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia atau rohani.
Firman Allah dalam hadits qudsi :
Al-Insaanu Sirri wa Ana Sirruhu
Artinya : Manusia itu adalah Rahasiku dan akulah yang menjadi rahasianya.
Jadi yang dinamakan manusia itu ialah : karena Ia mengandung Rahasia
Dengan perkataan lain manusia itu menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhan-Nya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang empunya diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu Tatkala berpisah Roh dengan jasad.
Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58 sbb:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadits qudsi :
Man arafa nafsahu, paqat arafa rabbahu.
Artinya : barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya
Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan rahasia-Nya itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya.
Seperti firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72.
Inna ‘araf nal amanata, alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa as fakna minha, wahama lahal insannu.
Artinya : sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan memikulnya dan mereasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.
Oleh karena amanat (rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang empunya Rahasia
Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri bathin/Roh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain sampai alam ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun.
Artinya : kita berasal dari Allah , kembali kepada Allah.
Ilmu Qalam ialah ilmu yang paling rendah tingkatannya yaitu Dunia.
Namun demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke bulan.
Ilmu ghaib ialah ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu dengan petunjuk guru ghaib yang mursyid. Melalui 5 cara :
  1. Nur yaitu petunjuk ghaib yang diterima melalui mimpi-mimpi yang bisa diterjemahkan oleh guru ghaib.
  2. Tajali yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah pikiran dari pada perasaan zuk semasa mereka menjalani latihan tarekat tasauf, sehingga muncul dari akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya.
    Misalnya : terbacalah olehnya sepotong do’a sedangkan do’a tersebut belum pernah di bacanya atau diketahuinya.
  3. Cara Sir ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara rahasia, ia hanya dapat dirasakan dan didengar oleh seseorang itu secara mutlak dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya. Suara tersebut akan memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib dengan terang dan jelas berupa bisikan dan disertai dengan satu kelejatan yang sulit untuk diceritakan
  4. Cara Sirusir ialah suatu cara penyampaian ilmu dengan cara rahasia . seseorang yang menerima ilmu ghaib dengan cara ini mereka dapat melihat dengan mata basir dan mendengar dengan telinga bathin.
  5. Cara Tawasul ialah penjelmaan seorang guru atau wali-wali Allah yang Ghaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalankan ilmu tasauf, mereka ketemu dalam keadaan nyata (hidup) bukan dalam mimpi, dia datang sama seperti kedatangan tamu biasa atau kawan kita. Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang ramai, bila kebetulan penjelmaan itu terdapat banyak orang.
Perlu diingat kedatangan mereka merupakan suatu penghormatan yang besar kepada Ahli tasauf atau murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka yang dapat menguasai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam maya
Mereka diberi peluang untuk menjelajahi alam lain termasuk alam barzah, syurga dan neraka, arash dan qursyi Allah SWT,. Bagi mereka yang sudah sampai keperingkat ini jiwanya akan tenang disamping tuhannya, semasa hidupnya didunia ini dan juga dalam akhirat nanti, mereka adalah termasuk dikalangan manusia yang baik dan beruntung.
Ilmu Syahadah ialah merupakan Martabat ilmu yang tertinggi, karena ilmu ini Tuhan sendiri yang akan mengajarkan kepada manusia
Manusia diajarkan untuk mengenali dirinya (jasmani) dan diri bathinnya (rohani). Hanya orang yang mempunyai maratabat tinggi disisi Allah yang dapat menguasai ilmu ini. Ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena hanya dimiliki oleh para rasul, Nabi dan wali-wali Allah yang teragung. Maka beruntunglah manusia yang termasuk wali-wali Allah.
Man Arafa Nafsahu, Fakat Arafa Rabbahu……
(“Barang Siapa Mengenal Dirinya Maka IA akan Mengenal Tuhan-nya”)

KITAB TAUHID (MENGENAL DIRI)

Kita bergantung kepada Allah secara mutlak tanpa ada sedikitpun rasa syak wasangka dan was-was terhadap Allah
Artinya : Kita bertauhid kepada Zat, Pada Sifat, Pada Asma’ dan pada Af’al Allah Semata
* Tauhid pada Zat ialah :
Kita mutlak yakin bahwa zat Allah lah yang memerintah alam maya ini (dunia dan isinya) dan tidak menyekutukan- Nya dengan yang lain
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (Ali-Imran : 109)
* Tauhid pada Sifat ialah :
Kita bergantung sepenuhnya pada Allah. Manusia tidak berhak atas segala sesuatu kecuali dengan izin Allah
Artinya : kita menafikan diri jahir kita dan mengisbatkan diri kita hanya kepada Allah semata
* Tauhid pada Asma’ ialah :
Kita memandang bahwa setiap yang ada dan wujud kita adalah membawa nama Allah dimanapun kita berada disitu ada Allah.
* Tauhid pada Af’al ialah :
Kelakuan kita adalah kelakuan Allah SWT semata.
Artinya : kita menafikan kelakuan diri jahir kita dengan mengisbatkan diri bathin kita itu ialah kelakuan zat Allah semata.
1. Suhudul Kasra fil wahda
Artinya : saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu2.
2. Suhudul wahda fil Kasra
Artinya : saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak
Ma’rifatullah ialah
Mengenal Allah SWT. Pada Zat-Nya, pada Sifat-Nya, pada Asma’-Nya dan pada Af’al-Nya
• AWALUDIN MA’RIFATULLAH
AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH
• LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH
TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH
• MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU
BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA
• ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA
BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI SAKSI (Q.S AL-‘ARAF 172)
• AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU
MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH RAHASIANYA
• WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN
AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN
• WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ
AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI LEHERMU
• LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH

AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU

Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi


Definisi Sufi yang Dikemukakan oleh Para Ulama’
a. Menurut Imam Junaidi al-Baghdady
وَقَالَ جُنَيْدِيْ: اَلصُّوْفِيْ كَالاَرْضِ يُطْرَحُ عَلَيْهَا كُلُّ قَبِيْحٍ وَلاَ يَخْرُجُ مِنْهَا إِِلاَّ كُلُّ مَلِيْحٍ وَقَالَ اَيْضًا: اَلصُّوْفِى كَالاَرْضِ يَطَئُوْهَا الْبِرُّ وَالْفَاجِرُ وَكَالسَّمَاءِ وَكَالسَّحَابِِ تُظِلُّ كُلَّ شَيْءٍ وَكَالْمَطَارِ يُسْقِى كُلَّ شَيْءٍِ . في الكتاب نشأة التصوف وتصريف الصوف ص 22
“Seorang sufi itu bagaikan bumi yang bila dilempari keburukan maka ia akan selalu membalasnya dengan kebaikan. Seorang sufi itu bagaikan bumi yang mana di atasnya berjalan segala sesuatu yang baik maupun yang buruk (semua diterimanya). Seorang sufi juga bagaikan langit atau mendung yang menaungi semua yang ada di bawahnya, dan seperti air hujan yang menyirami segala sesuatu tanpa memilah dan memilih, [yang baik maupun yang buruk semuanya diayominya]”. Kitab Nasyatu at-Tashawuf Wa Tashrifu as-Shufi hal 22
b. Dan menurut Aba Bakar al-Syibly dalam kitab Hilyah al-Auliya’ Hal 11.
قَالَ اَبَا بَكَرْ الشِّبْلِيْ: اَلصُّوْفِيْ, مَنْ صَفاَ قَلْبَهُ فَصَفَى، وَسَلَكَ طَرِيْقَ اْلمُصْطَفَى صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَمَى الدُّنْيَا خَلْفَ اْلقَفَا، وَأَذَاقَ اْلهَوَى طَعْمَ اْلجَفَا.(كتاب حلية الاولياء ص:11)
“Orang sufi itu adalah seseorang yang membersihkan hatinya maka bersihlah hatinya, dan mengikuti jalannya Nabi al-Musthafa Saw. Serta tidak terlalu memikirkan perkara duniawi (lebih mementingkan masalah ukhrowi), dan menghilangkan keinginan hawa nafsunya. Hilyatu al-Auliya’ halaman 11
c. Aba Hammam Abd. Rahman bin Mujib as-Shufi berpendapat:
سَمِعْتُ أَبَا هَمَّامْ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنِ مُجِيْبٍ اَلصُّوْفِي وَسُئِلَ عَنِ اَلصُّوْفِيْ فَقَالَ: لِنَفْسِهِ ذَابِحٌ، وَلِهَوَاهُ فَاضِحٌ، وَلِعَدُوِّهِ جَارِحٌ، وَلِلْخَلْقِ نَاصِحٌ. دَائِمِ اْلوَجَلِ، يَحْكُمُ اْلعَمَلَ، وَيَبْعَدُ اْلأَمَلَ وَيَسُّدُّ اْلخِلَلَ، ويَغْضَى عَلىَ الزَّلَلِ، عُذْرُهُ بِضَاعَةٍ، وَحَزْنُهُ صَنَاعَةٌ وَعَيْشُهُ قَنَاعَةٌ بِالْحَقِّ عَارِفٌ وَعَلىَ الْبَابِ عَاكِفٌ وَعَنِ الْكُلِّ عَازِفٌ. (كتاب حلية الاولياء ص:11)
“Ciri-ciri orang sufi itu adalah sebagai berikut;
1. Seseorang yang merasa dirinya hina
2. Menahan dan memerangi hawa nafsunya
3. Memberi nasehat kepada mahluk
4. Selalu mendekatkan diri kepada Allah
5. Berperilaku bijaksana
6. Menjauhi berandai-andai (berangan-angan terlalu tinggi dalam hal duniawi)
7. Tidak mau mencela
8. Mencegah perbuatan dosa
9. Waktu luangnya digunakan untuk beribadah
10. Susahnya sengaja di buat-buat (karena memang seorang sufi itu terhindar dari berbagai macam kesedihan dan kesusahan duniawiyah)
11. Hidupnya sederhana
12. Arif terhadap sesuatu yang benar
13. Mengasingkan diri dan mencegah dari segala sesuatu yang sia-sia.
Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi
Menurut Imam Qusyairi dalam kitabnya Risalah al-Qusyairiyah hal. 126-127 ciri-ciri kepribadian dan perilaku seorang sufi dibagi menjadi dua yaitu:
 Seorang sufi al-Shadiq: merasa miskin setelah memperoleh kekayaan, merasa hina setelah mendapatkan kemulyaan, dan menyamarkan dirinya setelah terkenal.
 Seorang sufi al-Kadzib: merasa kaya akan harta sesudah faqir, merasa mulia setelah hina, merasa terkenal yang mana sebelumnya dia tidak masyhur.
عَلاَمَةُ الصُّوْفِيّ الصَّادِقِ: أَنْ يَفْتَقِرَّ بَعْدَ الغِنىَ، وَيَذِلَّ بَعْدَ الْعِزِّ، وَيَخْفىَ بَعْدَ الشُّهْرَةِ، وَعَلاَمَةُ الصُّوْفِيْ اَلْكَاذِبِ: أَنْ يَسْتَغْنِيَ بِالدُّنْيَا بَعْدَ الْفَقْرِ، وَيَعِزَّ بَعْدَ الذِلِّ، وِيَشْتَهِرَ بَعْدَ الْخُلَفَاءِ. ( كتاب رسالة القشيرية ص 126-127 )

Senin, 07 Mei 2012

Enam Persoalan Manusia Menurut Imam Ghozali.


Imam Ghozali dikenal sebagai ulama besar. Kitabnya banyak dan hingga kini masih sering dikaji oleh santri Indonesia. Yang paling terkenal adalah Ihya’ Ulumuddin. Ada sebuah kisah menarik tentang ajaran Imam Ghozali seputar persoalan hidup. Ajaran ini termaktub dalam sebuah risalah salaf.
Sahdan, suatu hari, Imam Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Ghozali mengajukan enam pertanyaan pada murid-muridnya.

Pertanyaan Pertama,
“Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : orang tua, guru teman dan kerabatnya.
Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah ‘mati’. Sebab itu sudah janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Oleh karena itu sudah siapkah kita mati?. Bekal apakah yang akan kita bawa mati?.


Pertanyaan Kedua,
“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : Negeri China, bulan, matahari dan bintang-bintang.
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling jauh dengan kita adalah ‘masa lalu’. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh karena itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Allah.

Pertanyaan Ketiga,
“Apa yang paling besar di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : Gunung, bumi dan matahari..
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”
Justru nafsu yang menguasai diri kita, menyebabkan manusia gagal menggunakan akal, mata, telinga dan hati yang dikaruniakan Allah untuk hidup dengan benar.

Pertanyaan Keempat,
“Apa yang paling berat di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : baja, besi dan gajah.
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling berat adalah “memegang amanah”
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung dan malaikat, semua itu tidak mampu ketika Allah meminta mereka untuk menjadi kholifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah, namum manusia lupa akan janjinya pada Allah yang tidak bisa memegang amanah.
Pertanyaan Kelima,
“Apa yang paling ringan di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : kapas, angin, debu dan daun-daunan.
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling ringan didunia ini adalah “meninggalkan sholat”. Gara-gara pekerjaan dan urusan dunia kita dengan mudah meninggalkan sholat.

Pertanyaan Keenam,
“Apa yang paling tajam di dunia ini?”
Murid-muridnya dengan serentak menjawab Pedang…!!.
Imam Ghozali menjawab benar, tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”.Karena manusia dengan begitu mudah menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.


Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/1850833-enam-persoalan-manusia-menurut-imam/#ixzz1uFJPMyS0

Etika Santri Menurut al-Zarnuji.

Di lingkungan pesantren tradisional, yang menekankan pemahaman kitab-kitab salaf, seolah-olah kitab Ta’lim al-Mutaallim Thariq al-Taallum (Mengajar Metode Belajar kepada Santri) merupakan kitab kedua sesudah al-Qur’an. Studi seorang santri dianggap belum memenuhi syarat apabila ia belum mengaji kitab ini. Dan karena isi dan penyajiannya sedemikian rupa, kitab tersebut sering disebut sebagai “Buku Petunjuk Menjadi Kyai”. Sedang di kalangan pesantren-pesantren modern yang penekanan pemahaman terhadap kitab-kitab salaf agak kurang, kitab Ta’lim ini nyaris tidak populer, bahkan tidak kenal sama sekali. Dan agaknya pengaruh kitab ini yang sedikit membedakan “penampilan” antara alumnus pesantren tradisional dengan alumnus pesantren modern. (lagi…)